PROSES PENGOLAHAN GULA di PTPN X PG. GEMPOLKREP (PRAKERIN)
4.1.
Stasiun Persiapan (Emplasement)
A.
Emplacement
Brix
Tujuan :
Melakukan analisa awal (%
Brix) sample tebu yang masuk dengan menggunakan alat hand refractometer guna
untuk mengetahui tebu dengan kadar nira atau brix dan mengetahui pH dengan alat
pH meter.
Cara mengecek kadar nira :
1. Diambil
sample tebu.
2. Diperas
dengan alat gilingan.
3. Diambil
air tebunya.
4. Dicek
kadar niranya dengan hand refractometer.
5. Dicek
kadar pH nya dengan pH meter.
6. Diberi
SPTA (Surat Perintah Tebang Angkut).
Tebu Layak Giling :
Tebu
disebut layak giling jika hasil tebangan memenuhi persyaratan Manis, Bersih dan
Segar (MBS).
1.
Manis :
Tebu ditebang pada saat ketuaan
tebu telah tercapai (tua = masak = manis).
2.
Bersih :
a.
Pucukan, sogolan atau tebu muda yang terbawa sesedikit mungkin.
b.
Kotoran berupa daduk, tanah dan selain tebu sedikit.
3.
Segar :
a.
Jarak waktu antara ditebang dengan digiling < 24 jam.
b.
Pelaksanaan tebang harus direncanakan sebaik-baiknya agar jumlah tebu
ditebang sesuai kapasitas giling.
B.
Ruang
Input
Setelah
dari emplacement brix masuk ke ruang input untuk memasukkan data SPTA, disini
dicek nomor plat, brix, tanggal tebang, kode register, varietas tebu, diameter
tebu.
C.
Penimbangan
Tebu
yang berasal dari perkebunan diangkut dengan menggunakan truk. Tebu ditimbang
untuk mengetahui berat tebu dengan menggunakan timbangan DCS (Digital Crane
Scale), dengan kapasitas timbangan ± 70 kwintal. Setelah ditimbang dibawa lori
untuk selanjutnya masuk ke stasiun penggilingan.
4.2.
Stasiun Penggilingan
Tujuan :
Untuk memerah tebu
sehingga diperoleh nira sebanyak mungkin dan mengusahakan agar kandungan nira
dalam ampas sangat kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
pemerahan nira sebagai berikut :
1. Kualitas
dan kuantitas tebu.
2. Air
imbibisi
3. Kinerja
gilingan
Proses :
Setelah dari ST.
Persiapan tebu di bawa lori dan truk kemudian tebu diangkut dan ditimbang
menggunakan crane atau DCS (Digital Crane Scale) untuk selanjutnya diletakkan diatas
meja tebu, setelah itu digeser oleh alat penggerak dibawahnya dan kemudian
jatuh ke Cane Carier dibawa elevator masuk ke Cane Cutter 1. Pada Cane Cutter 1
tebu dicacah sehingga ukurannya lebih kecil setelah itu masuk ke Cane Cutter 2,
pada Cane Cutter 2 tebu disayat sehingga tebu semakin halus. Setelah Cane
Cutter 1 dan 2 tebu melewati Carding Drum disini tebu diratakan kemudian
melewati HDHS (Heavy Duty Hammer Shreader) tebu ditumbuk. Penumbukan ini
berfungsi untuk memperlebar serat dan luas permukaan cacahan tebu yang akan
digiling.
Setelah itu cacahan
tebu dibawa elevator masuk ke gilingan 1. Di gilingan 1 cacahan tebu diperah
menghasilkan nira murni atau Nira Perasan Pertama (NPP) masuk ke penampung nira
mentah A, setelah itu ampas dari
gilingan 1 menuju ke gilingan 2, pada gilingan 2 ampas diperah kembali
menghasilkan nira perasan ke 2 menuju ke penampung nira mentah A. Ampas
gilingan 2 menuju ke gilingan 3. Di gilingan 3 ampas diperah lagi hingga
menghasilkan nira perasan ke 3 menuju ke penampung nira mentah B. Setelah itu ampas
gilingan 3 menuju gilingan 4. Pada gilingan 4 ampas diperah dan diberi air
imbibisi (air panas) 80 % dengan temperatur ± 900 C dan berfungsi
sebagai penyempurna proses ekstraksi dan menekan kehilangan gula dalam ampas
tebu. Air nira perasan ke 4 ini menuju ke penampung nira mentah C. Setelah itu
ampas dari gilingan 4 menuju ke gilingan 5. Pada gilingan 5 ampas diperah lagi
hingga menghasilkan nira perasan ke 5 menuju kepenampung nira mentah D. Setelah
dari gilingan 5 ampas terakhir akan dibawa ke stasiun boiler untuk bahan bakar
boiler. Nira gilingan 5 akan berputar mengalir ke ampas gilingan 3, setelah itu nira gilingan 4 berputar
mengalir ke ampas gilingan 2, kemudian nira gilingan 3 berputar mengalir ke ampas
gilingan 1.
Setelah nira dari semua
gilingan tercampur di peti penampung nira mentah A kemudian ditarik pompa menuju
kesaringan DSM Screen. Disini ampas tersaring, hasil ampas menuju ke gilingan
1. Nira hasil perahan yang tersaring menuju ke stasiun pemurnian.
4.3.
Stasiun pemurnian
Tujuan :
Untuk memisahkan gula
(sukrosa) dengan kotoran yang ikut terlarut
dalam nira, agar diperoleh gula
yang relatif lebih murni.
Proses :
Nira dari gilingan 1
dan 2 menuju ke penampung nira mentah A, disitu diberi susu kapur sampai pH 6,2
– 6,5 dan diberi asam phospat untuk membentuk struktur endapan, kemudian menuju
ke timbangan boulogne ditimbang kurang kebih 8 ton, setelah itu masuk ke juice
heater 1, 2, dan 3 (juice heater untuk memanaskan nira mentah) dengan suhu 75 –
80oC.
Kemudian menuju ke
defecator 1, di dalam defecator 1 diberi susu kapur dengan pH 7,2 – 7,4,
kemudian menuju ke defecator 2, diberi susu kapur dengan pH 8,6 – 8,9, fungsi
dari defecator adalah untuk menaikkan pH, tempat terjadinya reaksi penetralan,
tempat terjadinya reaksi penggumpalan koloid, tempat terjadinya reaksi dengan dispersi
molekul/ion non sukrosa. Dalam proses pembuatan susu kapur terlebih dahulu batu
kapur dibakar dalam tobong pada temperatur 9000C dan tekanan 1
atmosfer.
Reaksi kapur dengan air :
CaO
+ H2O Ca(OH)2
Setelah itu Ca(OH)2
dimasukkan ke dalam tangki yang berpengaduk supaya campurannya homogen.
Kekentalan susu kapur ± 80Be
Kemudian menuju ke
tangki reaktor sulfitir nira mentah, lalu diberi SO2 dengan pH 7,2 –
7,4. Dalam proses pembuatan gas SO2 yaitu belerang dimasukkan ke
dalam tobong belerang, kemudian dibakar, kemudian belerang akan mencair
kemudian belerang cair akan menjadi belerang uap karena panasnya, seterusnya
dialiri udara sehingga terbentuk gas SO2.
Reaksinya :
S
+ O2 SO2 +
Panas
Gas SO2 yang
terjadi segera dialirkan melalui pipa yang dibagian luarnya diberi air sebagai
pendingin, kemudian dialirkan ke sublimator terakhir dialirkan ke peti
sulfitasi.
Kemudian menuju ke juice heater 4, 5, dan 6
dengan temperatur 110oC, kemudian menuju ke flash tank (di dalam
flash tank untuk mengeluarkan gelembung udara yang ikut nira) setelah itu
menuju ke snow balling, disini nira campuran SO2 ditambah dengan
flokulan untuk mempercepat pengendapan, kemudian masuk ke dorr clarifier menuju
ke tray 4,3,2,1 menghasilkan nira mentah dan nira jernih.
Nira mentah menuju ke RVF (rotary vacuum filter)
fungsinya untuk memfiltrasi nira tapis dan blotong, Di dalam RVF untuk membuang
blotong diberi siraman untuk memperkecil kehilangan gula dengan pol ± 2,4, kemudian
nira tapis menuju tangki boulogne.
Kemudian nira jernihnya
menuju ke clear juice tank, disini nira yang masih terkandung sedikit ampas
dipisahkan antara ampas dan nira jernihnya, ampas disaring di clear juice tank
kemudian dibuang di karung. Kemudian nira dari clear juice tank menuju
Evaporator 1.
4.4.
Stasiun penguapan
Tujuan :
Untuk memperoleh nira
kental yang maksimal.
Proses :
Proses penguapan dimulai dari penguapan menuju
ke clear juice tank yang fungsinya untuk menampung dan menyaring nira jernih.
Setelah itu ditarik pompa menuju ke Evaporator 1, didalam Evaporator 1 diuapkan
menggunakan uap bekas, kemudian uap keringnya keluar melalui cerobong uap kecil
sehingga menghasilkan nira kental, setelah diuapkan nira kental menuju ke Evaporator
2 dan diuapkan kembali, setelah itu menuju ke Evaporator 3,4,5,6,7,8. Biasanya
yang 1 dan 2 di scrap bergiliran sesuai jadwal.
Masing masing tekanan
dan temperatur setiap badan pemanas sebagai berikut:
Temperatur
dan tekanan
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
Tekanan
input
|
1.0
|
0,7
|
0,3
|
0,1
|
-
|
Tekanan
out put
|
0,7
|
0,3
|
0,1
|
20
|
65
|
Temperatur
input
|
1250 C
|
1150 C
|
1050 C
|
1000 C
|
800 C
|
Temperatur
out put
|
1150 C
|
1050 C
|
1000 C
|
800 C
|
600 C
|
Luas
Pemanas
|
4000
|
4000
|
3000
|
1200
|
1200
|
Dengan Baume/Be
(tingkat kepekatan) % Brix 60 – 64 atau 30 – 32 0Be, kemudian menuju
ke peti reaktor sulfitir nira kental diberi SO2 dengan pH 5,1 – 5,4
Selanjutnya menuju ke stasiun pemasakan.
Pada
stasiun penguapan terdapat sistem paralel dan seri, pada sistem paralel
terdapat satu rangkaian yang terdiri dari dua badan pemanas dengan luas pemanas
masing - masing 1500 sehingga menjadi satu badan pemanas dengan luas 3000 , dan
rangkaian seri terdiri dari masing - masing badan pemanas yang terdiri dari
lima badan pemanas dengan luas pemanas masing - masing 4000, 4000, 3000, 1200,
1200.
4.5.
Stasiun Pemasakan
Tujuan :
Untuk memperbesar kristal gula dengan
ukuran ± 1 mm.
Proses :
Stasiun masakan menggunakan sistem masakan
ACD.
Masakan D
Bahan bibitan D adalah stroop A, fondan.
Tahap pertama di vacuum
pan 1 adalah tempat bibitan D. Pertama vacuum pan diisi stroop A 200 HL dan dipanaskan
hingga membentuk kristal kecil - kecil dengan ukuran 0,2 - 0,4 mm. Kemudian
ditambahkan air panas untuk memisahkan kristal palsu dengan kristal asli,
setelah itu ditambahkan fondan, fungsi fondan adalah untuk membantu mempercepat
pembentukan kristal. Fondan dibuat
dengan 2 cara, yang pertama dengan cara menggiling kristal SHS kemudian diayak
sehingga mendapatkan bubuk gula berukuran 0,003 – 0,005 mm selanjutnya
diemulsikan dalam spiritus. Jika 2 Kg bubuk gula dicampur dengan spiritus 4
liter berarti dalam tiap ml emulsi tersebut terdapat 0,5 gram bubuk gula. Setelah
tercampur ditambahkan stroop A lagi hingga volume 400 HL. Setelah itu
dipindahkan ke vacuum pan yang kosong misalkan vacuum pan nomor 4, kemudian di
vacuum pan nomor 4 ditambahkan Klare D (air pembilasan gula D) dan stroop A
kemudian masak dan tunggu sampai membentuk benangan, setelah membentuk benangan
ditambahkan bibitan D 200 HL, kemudian dipanaskan hingga kristal membesar,
kemudian diberi air panas untuk menghilangkan kristal palsu, kemudin
dipindahkan ke vacuum pan yang kosong, misalkan vacuum pan nomor 2, kemudian di
vacuum pan nomor 2 diisi stroop C 200 HL panaskan hingga membentuk benangan,
kemudian tambahkan dari masakan D2 200 HL, kemudian ditambahkan air panas untuk
menghilangkan kristal palsu, kemudian D1
turun menuju ke palung dan menuju ke cristalizer 1-8 dan menuju putaran 1,2,3,
dan 4, setelah diputar turun ke penampung menjadi babonan D2, sebagai bahan
masakan C. Pembibitan D dilakukan 1 kali.
Masakan C
Bahan masakan C adalah babonan D, stroop
A.
Pertama masukkan
babonan D divacuum pan yang kosong, misalkan vacuum pan nomor 3, masukkan
babonan D 200 HL. Panaskan dan tunggu sampai tercampur. Kemudian dicuci air
sedikit supaya renggang, kemudian masak tunggu sampai rapat kembali. Kemudian
ditambahkan stroop A sampai volume 400 HL dan dengan ukuran kristal 0,6 mm,
kemudian turun dan secara continue.
Masakan A
Bahan masakan A adalah babonan C, fine
syrup, nira kental.
Proses bibitan A, di
dalam pan nomor 5 masukkan babonan C 200 HL, tunggu dipanaskan hingga
tercampur. Kemudian tambahkan fine syrup dan nira kental (bila perlu) sampai
mencapai volume 400 HL. Kemudian dipindahkan ke vacuum pan yang kosong 200 HL
menjadi A2. Kemudian dipanaskan dan ditambahkan fine syrup dan nira kental
sampai mencapai volume 400 HL. Kemudian ditambahkan air untuk memisahkan
kristal palsu dengan kristal yang asli. Kemudian dipindahkan ke pan yang kosong
200 HL. Kemudian dipanaskan dan ditambahkan fine syrup dan nira kental sampai
mencapai volume 400 H. Kemudian turun, setelah itu sisa bibitan di vacum pan
nomor 5 ditambahkan fine syrup dan nira kental sampai volume 400 HL dengan
ukuran kristal 0,9 dan kemudian turun. Kemudian dipindahkan ke vacuum pan yang
kosong dan di vacuum pan nomor 5 dibuat untuk membuat bibitan A kembali,
bibitan gula A dilakukan 2 kali.
4.6.
Stasiun Puteran LGF (Low Grade Fugalling)
Tujuan :
Memisahkan kristal dengan stroop dengan
menggunakan gaya sentrifugal.
Proses :
Puteran LGF digunakan untuk memutar
masakan C dan D.
Dari pan masakan D1,
turun ke reciver, kemudian dipompa ke cristalizer 1-8, guna untuk mendinginkan
supaya kristalnya tidak melebur. Setelah itu ditampung di Reheater dan ditarik
pompa ke puteran 1-4. Hasil puteran 1-4 menghasilkan tetes dan gula D1. Gula D1
ditampung ditalang ukir, kemudian menuju ke mixer dikasih Klare D dan air (sebagai pengencer) dan pompa
ke feed mixer D2, kemudian diputar diputeran 5 dan 6. Hasil puteran 5 dan 6
menghasilkan Klare D dan gula D2. Gula D2 ditampung ditalang ulir, kemudian
menuju ke mixer diberi pengencer nira kental atau air, setelah itu dipompa ke
reciver D2. Dari reciver D2 turun menjadi babonan D2 dan dibuat masakan C di
vacuum pan nomor 3.
Dari masakan C turun ke
reciver 2 dan 3, dipompa naik ke feed mixer C diputar diputeran 7,8,9, hasil
puteran stroop C dan babonan C, babonan C turun ke mixer diberi pengencer air
dan dipompa naik ke peti babonan C. Babonan C sebagai bibitan masakan A.
Sedangkan stroop C menuju ke tangki belakang masakan.
4.7.
Stasiun Puteran HGF (High Grade Fugalling)
Tujuan :
Memisahkan kristal dengan stroop dengan
menggunakan gaya sentrifugal.
Proses :
Putaran HGF digunakan untuk memutar
masakan A yang keluar dari pan A dan menghasilkan gula A dan stroop A dan
bekerja secara manual ataupun otomatis.
Dari pan masakan A
ditarik pompa rota A ditampung di feed mixer, kemudian diproses oleh puteran A
yang berjumlah 1-5. Hasil produk gula A menghasilkan gula A dan stroop A,
produk gula A ditarik pompa rota A ditampung oleh feed mixer SHS dan diproses,
selanjutnya diputar oleh puteran SHS yang berjumlah 4 (6 sampai 9), puteran SHS
menghasilkan gula SHS dan Klare SHS, kemudian gula SHS menuju ke proses
pengeringan dan pendinginan.
4.8.
Stasiun Penyelesaian (Pengemasan)
Tujuan :
Untuk menjaga kualitas produk gula,
sehingga gula dapat bertahan lama.
Proses :
Sebelum gula dalam
proses pengemasan, terlebih dahulu gula SHS (hasil akhir dari puteran HGF)
dikeringkan dan didinginkan melalui SDC (Sugar Dryer Cooler), kemudian menuju
ke elevator 1, dan menuju ke Vibrating Screen untuk penyeleksian kristal gula
dengan ukuran yang dikehendaki yaitu ± 0,9 - 1,1 mm. Sedangkan untuk gula yang
lebih halus dan gula kasar akan dilebur kembali dan dicampur dengan air panas
dalam bak leburan, gula leburan dialirkan menuju ke tangki fine syrup untuk
bahan masakan A. Dan kemudian gula yang dikehendaki menuju ke elevator 2. Dari
elevator 2 menuju ke Sugar Bin sebagai wadah gula yang kemudian turun untuk
dikemas. Gula dikemas di dalam karung yang terbuat dari plastik dan ditimbang
dengan netto 50 kg, kemudian dijahit dan sebelumnya diberi tanggal produksi.
Setelah itu masuk ke stamploer untuk mempermudah perhitungan, kemudian
dimasukkan ke gudang untuk dipasarkan.
0 Response to "PROSES PENGOLAHAN GULA di PTPN X PG. GEMPOLKREP (PRAKERIN)"
Posting Komentar